Awal Konflik Besar Yunani-Persia: Pertempuran Maraton yang Legendaris
Kekuasaan Persia telah mencapai di Asia Kecil (Turki). Kuasa Persia di sana membuat kota-kota Yunani di Asia Kecil melawan dalam Pemberontakan Ionia (499 SM-493 SM) karena alasan yang belum diketahui pasti oleh para sejarawan.
"Kelihatannya dikarenakan suatu persekongkolan internal, sekalipun sejumlah sejarawan mempertanyakan ketidakpuasan orang Ionia, karena orang Persia nyaris memiliki otonomi politik dan ekonomi secarah menyeluruh," tulis Rupert Butler, sejarawan perang dalam buku yang ditulis bersama rekan-rekannya Perang yang Mengubah Sejarah I.
"Bisa jadi pemberontakan didorong oleh kota-kota Yunani lainnya, kemungkinan Athena dan Eretria, karena mereka segera membantu tetangga mereka di Aegea."
Pemberontakan Ionia adalah babak awal dari konflik besar antara Yunani dan Persia saat itu. Pemberontakan itu dengan mudahnya ditundukkan karena penduduknya yang sedikit, dan bantuan dari daratan utama Yunani yang tidak seberapa.
Namun, ketika Darius merebut takhta tahun 521 SM dari Cyrus I (kakak dari kakeknya), konflik Yunani dan Persia meningkat saat hendak mengamankan kekuasaannya dua tahun berikutnya.
Bahkan, kekuasaan Persia telah mencapai Thrace dalam kampanye militer. Pemberontakan itu pun berhasil diredamnya dan membuat kota-kota Yunani di Asia Kecil kehilangan otonominya. Darius punya dendam dengan Yunani, khususnya Athena, dalam pemberontakan Ionia, sehingga diputuskanlah kampanye militer untuk membuat mereka tunduk.
Dalam kampanye, ia mengirim utusan ke setiap negara-kota (polis) Yunani untuk meminta mereka tunduk di bawah Persia. Hanya Saronik di Aegina yang bersedia karena takut pada Persia dan hubungannya yang tidak begitu bersahabat dengan Athena.
"Aegina di bawah kekuasan Persia berarti bahwa jalur laut ke dan dari semenanjung Yunani dapat diblokade, sehingga menggangu perdagangan dan mencanam keamanan Yunani," jelas Butler dan rekan-rekan.
Akibatnya, Athena dan Sparta membuat aliansi untuk menuntut Aegina menarik ketundukannya. "Inilah provokasi yang dibutuhkan Darius, dan dia mulai menerapkan rencana penyerbuannya ke daratan Yunani."
Kampanye Darius untuk menaklukkan Yunani kebanyakan diandalkan sejarawan dari catatan Herodotus (sekitar 484 SM-425 SM). Ia adalah sejarawan di masa Yunani kuno yang kerap disebut sebagai "Bapak Sejarawan", walau sebenarnya tulisannya diragukan karena mengandung bias.
Dia menulis, Athena menyadari gerakan pasukan Persia yang hendak mengerahkan kekuatannya menuju Eretria. Mereka langsung mengumpulkan pasukan dan mengutus Filipides, pembawa pesan kepada Sparta untuk mengerahkan bantuan militer.
Posisi Sparta sangat siap untuk membantu Athena yang merupakan saudara sebangsanya. Masalahnya, alih-alih mereka mengirim langsung bantuan militer, negara-kota yang kuat ini juga sangat religius. Mereka memilih untuk ikut bertempur setelah melakukan keagamaan di bulan purnama yang tidak boleh ditinggalkan.
Butler dan rekan-rekan menulis, tentara Athena adalah pasukan wargasama seperti Sparta. Yang yang membedakannya, Sparta lebih mewajibkan warganya untuk negara, sedangkan Athena tidak.
"Sekalipun direkrut dari penduduk biasa, infanteri Athena berdisiplin dan terlatih baik," terang mereka. "Mereka bisa bermanuver sebagai unit, yang disebut phallanx (sebuah ifanteri membawa perisai dan tombak panjang secara tumpang tindih) baik untuk menyerang maupun bertahan."
Kavaleri Athena punya tombak dan pedang yang terlatih. Senjata mereka berguna untuk menerobos musuh dengan melempar tombak.
Dalam pertahanan melawan Persia, pasukan Athena saat itu dipimpin oleh seorang warga yang telah ditunjuk bernama Miltiades. Di sisi lain, Persia memiliki pasukan yang tidak kalah hebatnya di bawah komando Datis.
Secara militer, banyak yang mengira bahwa pasukan Persia menggunakan penutup kepala dan baju terbuat dari kain (tudung dan jubah). Tetapi, Butler dan rekan-rekan berpendapat, di balik kain itu kemungkinan mereka memiliki zirah dan ketopong untuk melindungi tubuh.
Singkatnya, kedua belah pihak bertemu di Maraton yang berada 42 kilometer di timur laut Athena. Diperkirakan ada 10.000 pasukan yang dikerahkan Athena untuk berhadapan dengan 20.000 pasukan Persia. Tempat itu dipilih Persia berdasarkan saran dari orang 'pintar' Athena yang dapat memiliki pengelihatan masa depan, Hippias.
Jarak antara kedua kekuatan menurut Herodotus adalah delapan stadion (1,6 kilometer). Butler dan tim menulai, jarak itu sangat jauh untuk bertempur, tetapi tampaknya Athena begitu bersemangat dalam pertempuran sehingga membuat Persia terkejut.
"Bentrokan kedua pasukan pastilah sangat ganas. Dengan cepat kedua sayap mulai hancur, tetapi di bagian tengahnya bertahan dan dengan cepat mengatasi orang Yunani," ungkap Butler.
Herodotus menulis, pasukan Yunani langsung menjepit bagian tengah pasukan Persia, ketika perlahan pasukan sayap Persia berlarian menyelamatkan diri.
Meski pada akhirnya Athena memenangkan pertempuran di Maraton, ancaman lebih besar menggentayangi mereka. Ada banyak pasukan Persia yang meloloskan diri sehingga memungkinkan untuk akan adanya invasi besar-besaran di masa depan atas berita kekalahan ini. Herodotus mencatat, pertempuran ini membuat Persia kehilangan 6.400 pasukannya.
Kabar kemenangan itu kemudian disampaikan oleh Filipides, seorang pelari Athena. Dia berlari ke kota Athena dengan jarak 42 kilometer yang membuatnya tewas kelelahan setelah menyampaikan kemenangan. Sementara pada hari berikutnya, pasukan Sparta justru baru datang dan langsung mengucapkan selamat kepada mereka.
No comments: