Ads Top


Hanya sepelemparan batu dari stasiun Termini yang ramai di jantung kota Roma, berdiri sisa-sisa bagian dari tembok kuno yang dikenal rakyat Roma sebagai Tembok Servian.

"Dinamakan Tembok Servian karena diyakini dibangun pada abad ke-6 SM, yang berhasil mewariskan kisah tentang raja keenam Roma, Servius Tullius," tulis Wu Mingren kepada Ancient Origins.

Wu Mingren menuliskan jejak kehidupan sang Raja pada artikelnya yang berjudul "Servius Tullius – The last benevolent king of Rome", dipublikasikan pada tanggal 1 April 2015.

"Namun, tembok pertahanan yang terkenal ini bukanlah satu-satunya kontribusi abadi yang diberikan Servius kepada Roma yang oleh orang kebanyakan dianggap sebagai raja terakhir Romawi yang baik hati," tambahnya.

Meskipun ia mencapai posisi Raja Roma, Servius Tullius dikatakan berasal dari asal-usul keluarga yang sederhana.

Ketika raja Tarquinius dibunuh, Servius naik takhta. Menurut sejarawan Romawi, Titus Livius yang dikenal dengan Livy, melalui istri raja, Tanaquil, Servius berhasil merengkuh kedudukannya sebagai raja Romawi.

"Setelah kematian Tarquinius diumumkan, Servius dipilih sebagai raja oleh Senat tanpa referensi dari rakyat, namun beberapa sumber memuji dia dengan memperoleh tahta melalui dukungan publik," imbuhnya.

Livy menggambarkan sosok Servius sebagai raja yang baik hati. Servius berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan dan kekayaan warga kelas bawah yang ada di Roma.

Servius sebagai penguasa Romawi mengambil tanah milik kelas atas untuk dibagikan kepada orang miskin. Warga kelas bawah di Roma menjadi kekuatan yang berbeda dalam politik Romawi, di mana mereka berhak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan.

"Sebagai imbalannya, orang kaya diberikan lebih banyak kekuatan politik, karena mereka diberi hak istimewa untuk memilih terlebih dahulu, jika suara diperlukan," ungkap Wu.
Reformasi secara tradisional juga dikaitkan sepenuhnya dengan sosok Servius yang sekarang dikenal sebagai reformasi Servian. 

Ia telah membawa masyarakat kelas bawah di Romawi menjadi orang-orang yang istimewa, mungkin terilhami dari perjuangannya sebagai bekas masyarakat kelas bawah.

"Terlepas dari keberhasilan pemerintahannya, Servius tidak menemui akhir yang bahagia. Meskipun Servius berusaha untuk menghindari nasib raja sebelumnya, Tarquinius (yang dibunuh) dengan menikahi putri-putrinya dengan putra-putra pendahulunya," terusnya.

"Sungguh ironis bahwa persatuan mereka (putri dan putra pendahulunya) akan menjadi penyebab kematiannya ...," catat Livy dalam tulisan Wu.


Awalnya putri bungsu Servius yang ambisius, Tullia menikah dengan Arruns yang lebih lembut, sementara Tullia yang lebih tua menikah dengan Lucius. Namun, sifat ambisius yang sama dari Tullia dan Lucius yang lebih muda, menyatukan mereka.

Setelah membunuh saudara kandung mereka masing-masing, pasangan itu segera menikah, dan mulai merencanakan kematian dan kejatuhan Servius.

Menurut catatan Livy, Tullia dan Tarquinius menyuap para senator, dan mengatur agar orang-orang bersenjata hadir ketika Servius tiba di gedung senat.

Pada akhirnya, setelah 44 tahun memerintah, Servius dibunuh oleh putrinya yang berkhianat, Tullia dan menantunya Tarquinius Superbus, pewaris takhta.

Alasan pembunuhan berencana itu terjadi karena Servius yang lebih menyukai kelas bawah Roma daripada orang kaya, sehingga menimbulkan kecemburuan bagi keluarga bangsawan Roma.

No comments:

Powered by Blogger.