Ads Top

Ketika Matahari Padam, Manusia Sebaiknya Pindah ke Bulan Jupiter


Sebuah penelitian baru yang dipimpin University of Tasmania di Australia mengungkapkan bahwa, ketika matahari padam, kemungkinan terbaik manusia adalah dengan menghuni bulan Saturnus atau Jupiter. Kesimpulan tersebut berdasarkan pengamatan baru para peneliti terhadap planet baru yang selamat dari bintang induknya yang sudah mati.

Pada penelitian tersebut, para astronom menemukan planet baru, raksasa gas sekitar 40 persen lebih besar dari Jupiter dan bahkan bintang induknya yang mengorbit di dekat pusat Bima Sakti. Temuan tersebut menunjukan bahwa beberapa dunia di tata surya kita memungkinkan bertahan dari kematian dahsyat matahari sekitar lima miliar tahun dari sekarang.

Penemuan tersebut terjadi secara tidak senagaja selama peristiwa "pelensaan mikro gravitasi" pada 2010. Namun, untuk waktu yang lama, para astronom tidak tahu apa yang mereka lihat.

Pelensaan mikro gravitasi terjadi ketika dua bintang pada jarak yang berbeda dari Bumi untuk sementara sejajar dari perspektif kita. Gravitasi bintang di latar depan bertindak seperti lensa dan memperbesar cahaya dari bintang latar belakang. Jika sebuah planet mengorbit bintang di latar depan, cahaya yang diperbesar akan melengkung sebentar saat planet itu berputar dengan cepat di depan bintang tersebut.

Jean-Philippe Beaulieu, profesor astrofisika di University of Tasmania di Australia dan direktur Institut Astrofisika di Paris kepada Space.com mengatakan, untuk mendeteksi suatu objek melalui pelensaan mikro gravitasi, kita hanya bergantung pada massa objek. Anda tidak memerlukan cahaya yang datang darinya. "Kita bisa melihat bahwa ada sebuah objek sekitar setengah massa matahari dengan planet bermassa Jupiter yang mengorbit," katanya.


Pada saat itu, para ilmuwan mengira itu hanyalah planet ekstrasurya lain, penemuan yang menarik tetapi sama sekali tidak unik, tambah Beaulieu, yang merupakan rekan penulis makalah baru yang merinci penemuan tersebut. Temuan tersebut telah dipublikasikan di jurnal bergengsi Nature.

Akan tetapi, para astronom ingin mempelajari lebih lanjut tentang sistem tersebut dan memutuskan untuk mempelajarinya dengan salah satu teleskop W. M. Keck di Hawaii. Yang mengejutkan mereka, mereka tidak bisa melihat apa-apa. "Karena (objek) memiliki setengah massa matahari, teleskop Keck, salah satu teleskop terbaik dari jenisnya, seharusnya dapat mendeteksinya. Tapi tidak menemukan apa-apa," kata Beaulieu.

Para ilmuwan menyimpulkan bahwa benda misterius yang mengelilingi satu-satunya planet yang mengorbit pastilah lubang hitam atau katai putih, sisa samar bintang yang kehabisan bahan bakar di intinya dan runtuh menjadi bola pendingin superpadat seukuran Bumi. "Ketika kami melihat rentang massa, itu tipikal populasi katai putih yang kita kenal di galaksi kita," kata Beaulieu.

Penemuan planet ekstrasurya yang acak tiba-tiba berubah menjadi masalah besar. Tidak ada katai putih yang ditemukan sebelumnya dengan sebuah planet di orbitnya, dan para ilmuwan telah berspekulasi selama bertahun-tahun apakah planet bahkan bisa ada di sekitar katai putih.

Bukan katai putih yang menjadi masalah bagi kelangsungan hidup sebuah planet. Ini adalah fase raksasa merah sebelumnya, tahap dalam kehidupan sebagian besar bintang yang membakar hidrogen menjadi helium di intinya. Saat bintang membakar semua hidrogen di intinya, lapisan luarnya mulai runtuh ke dalam, yang untuk sementara meningkatkan suhu di dalam inti, memungkinkan helium melebur menjadi karbon. Proses ini menghasilkan dorongan luar yang kuat yang memperluas selubung asli bintang beberapa kali.


Begitu matahari mencapai fase raksasa merah, kata Beaulieu, Bumi tiba-tiba akan berada di dalam matahari dengan suhu ribuan derajat di permukaannya. "Tidak akan ada yang tersisa dari Bumi. Akan tetapi, sesuatu seperti Jupiter, yang lebih jauh, bisa bertahan. Beberapa lapisan luarnya akan meledak, tapi cukup besar untuk bertahan," kata Beaulieu.

Sebelumnya, model komputer mengindiksikan bahwa ini mungkin terjadi, tetapi penemuan baru akhirnya memberikan bukti kuat. Beberapa planet dapat bertahan hidup pada fase raksasa merah bintang mereka.

David Bennett, seorang ilmuwan peneliti senior di University of Maryland dan Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA, yang juga merupakan salah satu penulis makalah mengatakan, dalam sebuah pernyataan bahwa kesempatan terbaik umat manusia adalah menghuni beberapa bulan Jupiter atau Saturnus.

"Jika manusia ingin pindah ke bulan Jupiter atau Saturnus sebelum matahari menggoreng Bumi selama fase super raksasa merahnya, kita akan tetap berada di orbit mengelilingi matahari, meskipun kita tidak akan dapat mengandalkan panas dari matahari sebagai katai putih untuk waktu yang sangat lama," kata Bennett.

No comments:

Powered by Blogger.