Dari Candi Sampai Sains, Mengapa Ilustrasi Botani Itu Penting?
Sejak periode klasik dalam sejarah, masyarakat Nusantara suka menggambarkan tumbuhan. Tumbuhan yang ditanam bisa diklasifikasi, sebab mereka mengukir secara terperinci bentuk fisik dan morfologinya pada relief.
Tumbuhan-tumbuhan itu biasanya menjadi latar cerita, tetapi membuat gambar yang rinci adalah suatu yang harus pasti. Sebab, pengukiran bisa dilakukan ketika batu-batu candi sudah tersusun. Jika ada kesalahan, batu harus diganti dan mengganggu struktur bangunan.
Berkat gambaran yang tertera pada relief—yang biasanya menggambarkan bentang alam sekitar candi—para ilmuwan bisa mengidentifikasikan ada tumbuhan apa saja di masa lampau. Bahkan, gambarannya bisa diklasifikasikan lewat taksonomi ilmu botani modern.
"Kalau kita menuangkan seninya lewat kertas, nenek moyang kita lewat batu andesit. Tantangannya jadi lebih sulit. Jadi tidak boleh ada kesalahan di sana. Kalau salah arus dibongkar," ujar Destario Metusala. Dia adalah seorang peneliti di Pusat Penelitian Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Dalam webinar the Growth of Botanical Art in Indonesia and Its Role in Science and Art, dia menyimpulkan bahwa seni botani sebenarnya sudah ada sejak lama pada masyarakat Nusantara. Webinar itu diadakan oleh Indonesian Society of Botanical Artists (IDSBA) bersama Galeri Nasional Indonesia pada Jumat 8 Juli 2022.
Kini, seni botani tidak hanya sekadar penghias dalam cerita. Ilmu ini memiliki peran penting dalam penelitian ilmiah dengan mengandalkan estetika visual yang menarik. Seni botani memberikan penggambaran yang akurat, sehingga para peneliti bisa memetik berbagai data dari ilustrasi botani.
"Fungsi umum ilustrasi botani adalah sebagai media untuk berkomunikasi kepada pihak lain, baik itu publik, peneliti, mahasiswa, atau orang awam," ungkapnya. "Apa yang diinformasikan—karakter-karakter morfologinya—bersifat pengetahuan. Dan yang paling penting memudahkan orang atau pihak lain untuk memahami objek tumbuhan yang kita amati."
Destario mengatakan ada tiga komponen utama dalam seni botani. Pertama adalah keakuratan berupa proporsi, bentuk daun, indikator skala ukuran, dan kombinasi warna.
Selanjutnya ada kekayaan informasi berupa kelengkapan bagian-bagian tumbuhan, khususnya pada organ kunci atau karakter yang khas. Terakhir, unsur keindahan yang terbentuk dari sudut pandang penggambaran, penataan bagian-bagian gambar, dan pemberian ekspresi dan kesan.
"Di sini (seni botani) aspek estetika itu jadi penting. Ini saya analogikan seperti kita plating makanan," Destario menjelaskan.
"Ketika kita menyusun makanan, kita bisa lihat komponen makanan itu dari sisi mana yang paling indah. Ditata dan dirangkai supaya menggugah antusiasme. Ketika estetika diterapkan kita tergugah ketika menikmati. Berbeda dengan [objek] kualitasnya tinggi tapi tidak dirangkai. Komponennya bagus, tapi tidak ada gairahnya."
Pemberian warna, secara psikologis, membuat rasa ketertarikan untuk mempelajari tumbuhan terutama bagi orang awam. Akan tetapi, dalam penelitian, bisa menggunakan ilustrasi monokrom sebab tidak ada warna yang bisa membuat peneliti bisa fokus pada bentuk dan detail.
Dia menekankan, walau estetika perlu ada, keakuratan adalah hal yang penting, terutama dalam mengilustrasikan tumbuhan yang baru ditemukan. Para peneliti mungkin bisa memberikan rincian tentang suatu tanaman berikut fitur yang dimiliki dalam tulisan, tetapi ilustrasi bisa memberikan gambaran jelas.
Contohnya, peneliti menjelaskan bahwa tumbuhan memiliki bunga seperti lonceng. Masalahnya, ada banyak jenis lonceng yang bisa diimajinasikan pembaca, sehingga ilustrasi diperlukan untuk membatasi imajinasi liar.
Gambaran jelas dan lengkap pada seni botani, membantu agar ketika menjadi tinjauan, tumbuhan itu bisa dijumpai lagi. Destario menceritakan bahwa ia menemukan suatu ilustrasi anggrek khas Indonesia yang didokumentasikan oleh ilustrator dari Inggris.
Fiturnya memiliki bentuk yang aneh, dan ia tak pernah menemukannya bahkan sampai ke herbarium besar di Inggris. Rupanya, ada ketidakakuratan dari ilustrasi itu setelah ia menjumpai tumbuhan yang dimaksud.
Ilustrasi botani sangat dimanfaatkan, terutama pada di masa sebelum munculnya fotografi. Meski demikian, kemunculan fotografi ternyata tidak bisa menggantikan seni botani sebagai sumber pengamatan, terang Destario.
"Misalnya, kita melihat sebuah tanaman dengan mencoba (fotografi) yang sangat detail. Itu tidak bisa mendapatkan karakter yang didapatkan dari tonjolan dan tekstur yang kita dapat dari mata—yang lebih hebat dari kamera," ia menjelaskan. "Itu tidak bisa muncul dari foto karena pantulan cahaya dan sebagainya. Ilustrasi botani bisa mengakomodir dari apa yang ada di fotografi."
Bahkan, ilustrasi botani punya akurasi yang tinggi untuk mengabadikan tipe spesies baru. Ilustrasi ini bisa digunakan untuk diabadikan, biasanya karena suatu tipe awetan rusak, tidak tersimpan, atau tidak terkumpulkan. Ilustrasi menjadi penggantinya di herbarium.
No comments: