Iram, Surga Dunia Yang Hilang
Tentang Irama Dzatil Imad
Ibnu Abi Hatim berkata, Ayahku bercerita kepadaku dari Abu Shalih sekretarisnya Abu Laits dari Muawiyah bin Shalih dari seorang perawi yang bersumber dari Miqdam dari Nabi SAW, sesungguhnya beliau menuturkan Irama Dzatil Imad, kemudian beliau berkata: Di antara mereka terdapat seorang laki-laki mendatangi batu besar yang sanggup ia pikul lalu melemparkannya kepada orang hidup yang menyebabkan kematian mereka.
Kemudian Ibnu Abi Hatim melanjutkan, bercerita kepada kami Ali bin Al Husain dari Abu Thahir dari Anas bin Iyad dari Tsaur bin Zaid ad-Daili, ia berkata: Aku membaca kitab – lalu ia menyebutkan namanya (dan didalamnya tertulis)- “Aku adalah Syaddad bin Ad, aku adalah orang yang mendirikan Imad, aku yang memperkuatnya dengan dzira’ku sekali pandang, aku yang memendam harta tambang sedalam tujuh dzira yang tidak akan bisa dikeluarkan kecuali oleh umatnya Muhammad SAW. (Tafsir Ibnu Katsir [8]: 295, Tafsir Al Lubab li Ibni Adil [16]: 333)
Iram Surga Dunia Yang Hilang
Iram adalah kota megah yang dibangun oleh Kaum Ad dan dijadikan sebagai ibu kota dari tempat domisili mereka. Menurut riwayat dari Al-Quradli (pendapat lain adalah Al-Qurthubi) dan Muhammad bin Ka’ab, Iram sekarang adalah Kota Iskandariyah. Menurut riwayat lain dari Al-Maqbari dan Said bin Musayyib mengatakan Iram adalah Kota Damsyiq (Damaskus). Adapun riwayat yang paling unggul, Iram adalah kota yang berada dekat ‘Adan atau berada di antara daerah Shan’a dan Hadramaut Yaman (tepatnya daerah Ahqaf yang berada di sebelah utara Hadramaut, sebelah utara Ahqaf berbatasan dengan ar-Rab’u al Khali, sebelah timur berbatasan dengan Oman).
Diriwayatkan bahwa Ad (di mana kaum Hud dinisbatkan padanya) adalah seorang penyembah bulan dan ia termasuk orang yang diberikan panjang umur mencapai 1200 tahun, ia menikahi kurang lebih 1000 perempuan dan ia adalah penguasa dunia pertama setelah Nuh as. Sepeninggalnya, kerajaannya diserahkan kepada putra sulungnya bernama Syadid bin Ad yang berkuasa selama 580 tahun. Kemudian digantikan oleh saudara Syaddad bin Ad, ia menguasai dunia dengan kekuatan dan keangkuhannya. Syaddad bin Ad inilah orang yang membangun Irama Dzatil Imad. (Umdatul Qari [23]: 162).
Inspirasi dari Taman Surga
Diriwayatkan bahwa Syaddad bin Ad adalah termasuk seorang yang senang membaca kitab-kitab suci yang diturunkan kepada para nabi. Setiap kali ia membaca tentang cerita taman surga, terbesit di hatinya untuk membangun taman sebagai replika dari taman surga. Ia kemudian memerintahkan para menterinya yang berjumah 1000 orang bersama dengan para arsitektur dan pekerja untuk mencari tanah yang luas, banyak sumber airnya dan sejuk suasanya. Akhirnya ditemukan tanah ‘Adan, sekitar Yaman. Para pekerja dan arsitek lalu membuat pondasi persegi empat dengan lebar serta luasnya kira-kira sepuluh farsakh yang berhiaskan warna-warni batu pualam. Syaddad kemudian memerintahkan para menteri untuk mengumpulkan seluruh emas, perak dan macam-macam perhiasan lain yang dimiliki oleh orang-orang sedunia termasuk minyak Misik dan Anbar –pada waktu itu Syaddad adalah penguasa kerajaan dunia– sampai pada akhirnya di dunia tidak ada seorang pun yang memiliki emas dan perak. Para penduduk beralih menggunakan kulit yang berstempelkan nama raja sebagai alat perdagangan sebagai ganti dari emas dan perak.
Selanjutnya para pekerja mendirikan tembok setinggi 500 dzira’ yang terbuat dari emas dan perak yang bercampurkan Misik, di dalamnya dibangun 1000 kamar dari emas dan perak yang berada di atas pondasi-pondasi dari Zabarjad dan Yaqut yang berhiaskan pepohonan dari emas dan perak. Para pekerja dan arsitek kemudian menghiasi kamar-kamar dengan perhiasan yang indah yang belum pernah ada sebelumnya. Di bawah kamar dialiri sungai-sungai dengan bebukitan Misik dan Za’faran di sampingnya. Proses pembangunan ini memakan waktu selama 300 tahun. Setelah semuanya selesai, Syaddad memerintahkan para menteri untuk memindahkan permadani terindah dan perabot-perabot terbaik ke dalam kota baru tersebut. Pemindahan ini menghabiskan waktu selama 20 tahun. Diriwayatkan usia Syaddad bin Ad mencapai sembilan ratus tahun.
Setelah semua proses pembangunan dan penghiasaan kota selesai, Syaddad kemudian menaiki tandu yang berhiaskan emas, perak, intan dan Yaqut dengan arak-arakan besar menuju ke kota impiannya. Ketika rombongan mendekati kota, Allah SWT menghendaki malaikat untuk menghancurkan mereka. Dengan sekali teriakan semua anggota rombongan mati tanpa seorangpun yang tersisa, hingga pada akhirnya tiada seorangpun yang memasuki kota surga tersebut dan sampai saat ini kota itu masih ada dalam rahasia Allah. (Tafsir Al Alusi 22 hal 435, Tafsir Al Khozin 5 hal 259, An Nawadir 187)
Dimasuki Seorang Muslim
Wahab bin Munabbih meriwayatkan dari Abdullah bin Qilabah, ia pernah keluar kota mencari untanya yang melarikan diri. Sesampainya ia di padang ‘Adan, ia melihat kota di balik sebuah tembok yang disampingnya terdapat banyak istana dengan keindahan sama persis dengan keterangan di atas. Sesampainya di Yaman, ia menceritakan apa yang pernah ia lihat. Kabar ini tersiar dan terdengar oleh Muawiyah, khalifah saat itu. Kemudian Muawiyah memanggil Abdullah bin Qilabah dan mengajaknya ke tempat Ka’bul Akhbar, ia bercerita: Pada masamu akan ada seorang lelaki muslim akan memasukinya, ia berkulit merah, berambut blonde (merah kekuning-kuningan), bertubuh pendek, di atas alisnya terdapat tahi lalat, begitu pula di atas punggungnya, ia keluar untk mencari untanya yang hilang. Kemudian Ka’bul Akhbar menoleh dan melihat Abdullah bin Qilabah, ia kemudian berkata : laki-laki ini, demi Allah, dia adalah orang itu. (Tafsir Al-Alusi [22]: 435, Tafsir Al-Khazin [5]: 259, Al-Kasyyaf [7]: 285). (Dari berbagai sumber).
No comments: